“Tersesat” di Rumah Ninja
Mendengar kata ninja yang terbayang adalah orang berpakaian serba hitam dengan muka tertutup. Ninja digambarkan bisa berlari di atas genting tanpa bersuara. Ninja juga ahli menggunakan pedang katana, melempar shuriken (pisau lempar berbentuk bintang), dan ahli melarikan diri dengan melempar bom asap.
Mengutip situs iganinja.jp, ninja adalah orang yang memiliki ilmu ninjutsu. Ninjutsu adalah ilmu perang yang berkembang di Iga, Prefektur Mie dan Koka, Prefektur Shiga.
Pekerjaan ninja dapat disamakan dengan intelijen atau spionase pada masa moderen. Ninja bertugas mengorek informasi kekuatan dan kelemahan musuh kemudian mencari strategi mengalahkan musuh. Ninja tidak pernah bertempur langsung dengan musuh dalam perang.
Peran seorang ninja adalah di balik layar. Ninja mengalahkan musuhnya dengan otak, bukan dengan senjata meskipun ninja piawai menggunakan berbagai jenis senjata.
Peran seorang ninja adalah di balik layar. Ninja mengalahkan musuhnya dengan otak, bukan dengan senjata meskipun ninja piawai menggunakan berbagai jenis senjata.
Gambaran kehidupan ninja di masa lalu terbayang di museum ninja di Prefektur Nagano, Jepang. Museum ninja itu adalah Togakure Ninpo Museum yang ada di Togakushi, Nagano. Museum ini dapat dicapai dengan bus sekitar 1 jam dari pusat kota Nagano.
Letak museum agak terpencil karena berada di daerah perbukitan. Jalan menuju museum menanjak dan berkelok-kelok, namun mulus seperti jalan di Jepang pada umumnya.
Menurut Rosdiana, pemandu wisata asal Indonesia yang memandu rombongan jurnalis dari Indonesia, Sabtu (26/10) museum ninja itu didirikan oleh penerus klan Ninpo. Keturunan klan Ninpo yang kini tinggal di Prefektur Ciba membangun kembali replika pemukiman nenek moyangnya sekaligus sebagai museum ninja.
“Museum tutup selama musim dingin karena salju sangat tebal. Museum buka lagi pada bulan Mei,” katanya.
Baca juga : Dibelai Salju di Gunung Tateyama
Museum terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan yang ada di dekat pintu masuk museum adalah sebuah lumbung. Namun, lumbung tersebut diubah fungsinya untuk menyimpan berbagai barang sehari-hari yang digunakan orang Jepang pada masa lampau.
Dalam situs togakushi-ninja.com yang merupakan situs resmi museum ninja disebutkan museum tersebut menyimpan 2.000 koleksi barang dari masa dinasti Edo (1603-1868). Pada era dinasti Meiji (1868-1912), di lokasi museum tersebut berdiri sekolah pertama di wilayah Togakushi.
Sayangnya pengunjung tidak boleh memotret atau membuat video koleksi museum. Keterangan benda koleksi museum hanya tertulis dalam aksara Jepang tanpa keterangan dalam bahasa Inggris.
Pintu rahasia
Bagian museum yang tidak boleh dilewatkan dan paling ramai dikunjungi adalah rumah ninja. Rumah ini menyediakan tantangan bagi pengunjung yang berani masuk ke dalam dan menemukan jalan keluar. Pengunjung rumah ninja harus mencari sendiri jalan keluar yang tersembunyi. Pengunjung harus memeriksa dinding dan lantai untuk mencari pintu yang tersembunyi.
Baca juga : Makanan Tiruan ala Jepang yang Bikin Ngiler
Jangan khawatir tidak bisa keluar dari rumah ninja karena ada staf museum yang siap membantu. Selain itu ada pintu darurat yang bisa dilewati pengunjung yang sudah putus asa mencari jalan keluar.
Pengunjung yang tidak menemukan jalan keluar dan masih penasaran bisa masuk lagi ke dalam rumah ninja. Tetapi tentu saja ada biaya tambahan. Di dalam rumah ninja juga dilarang mengambil foto dan video karena letak pintu-pintu rahasia bisa terbongkar.
Pengunjung yang tidak menemukan jalan keluar dan masih penasaran bisa masuk lagi ke dalam rumah ninja. Tetapi tentu saja ada biaya tambahan. Di dalam rumah ninja juga dilarang mengambil foto dan video karena letak pintu-pintu rahasia bisa terbongkar.
Tulisan ini tidak menyebutkan secara detail letak pintu-pintu rahasia karena akan mengurangi keasyikan menyusuri rumah ninja. Pengunjung yang ingin berhasil menemukan jalan keluar harus meneliti dinding dan lantai di setiap ruangan karena di sana barangkali terdapat pintu rahasia.
Arena melempar shuriken perlu disambangi wisatawan. Pengunjung dapat menyewa tujuh shuriken dan melemparkannya ke sasaran yang tersedia. Pengunjung yang memiliki bakat sebagai ninja pasti bisa menancapkan shuriken tepat ke sasaran. Ada hadiah bagi pengunjung yang dapat melempar lima shuriken tepat sasaran.
Replika rumah tradisional petani Jepang di dalam kompleks museum digunakan untuk menyimpan berbagai barang yang digunakan orang Jepang pada masa lampau. Rumah kayu berlantai tatami (jerami) itu merupakan replika rumah tradisional Jepang. Di dalam rumah terdapat perapian di lantai yang berfungsi menghangatkan ruangan dan memasak.
Di dalam rumah tradisional Jepang itu tersimpan koleksi 500 peralatan ninja ditambah 200-an foto saat para ninja moderen berlatih ilmu bela diri. Selain itu ada ratusan benda-benda yang digunakan sehari-hari oleh orang Jepang pada masa lalu.
Menurut Rosdiana, ninja sehari-hari hidup sebagai petani biasa. Mereka ibarat intelijen pada masa kini atau prajurit yang menyamar. Tugasnya adalah mencari informasi untuk orang yang membayarnya yaitu para penguasa lokal.
Ninja sehari-hari hidup sebagai petani biasa. Mereka ibarat intelijen pada masa kini atau prajurit yang menyamar. Tugasnya adalah mencari informasi untuk orang yang membayarnya yaitu para penguasa lokal.
“Ninja loyal kepada orang yang membayarnya. Ninja berbeda dengan samurai yang bekerja pada satu majikan saja,” ucapnya.