Uni Eropa dan banyak pemimpin negara mendukung WHO di tengah pusaran perseteruan AS-China guna menggalang kerja sama dan solidaritas global melawan pandemi Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO & ADHITYA RAMADHAN
·5 menit baca
GENEVA, SELASA — Uni Eropa dan para pemimpin negara-negara mendukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menggalang upaya multilateral guna memerangi pandemi Covid-19 melalui usulan resolusi dalam sidang tahunan WHO atau World Health Assembly (WHA), Selasa (19/5/ 2020). Pernyataan dukungan UE itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik dukungan dana secara permanen dan keluar dari salah satu badan PBB itu.
Dukungan terhadap WHO juga disampaikan para pemimpin negara lain, termasuk Jerman, Perancis, Korea Selatan, dan Afrika Selatan. ”Ini adalah waktu untuk solidaritas, bukan waktu untuk menunjuk atau untuk merusak kerja sama multilateral,” kata juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa (UE), Virginie Battu-Henriksson, kepada wartawan.
Sidang WHO, yang digelar secara virtual akibat pandemi Covid-19, berlangsung di tengah perseteruan AS dan China terkait penanganan pandemi. UE dan setidaknya 55 negara, termasuk Indonesia, telah mensponsori usulan resolusi bertajuk Respons atas Covid-19. Usulan resolusi itu berisi desakan dilakukannya evaluasi yang imparsial, independen, dan komprehensif dari aneka respons internasional menghadapi pandemi Covid-19.
Merujuk pada draf yang tertera dalam laman WHO, para pengusul resolusi mendesak beberapa hal. Salah satunya adalah akses universal, tepat waktu, merata sekaligus distribusi yang adil atas teknologi dan produk kesehatan untuk menanggulangi pandemi Covid. Hal itu merujuk pada pengembangan sekaligus akses terhadap vaksin jika sudah tersedia kelak. Selain itu, draf resolusi juga mencakup pemenuhan kebutuhan negara-negara menengah dan miskin dalam mengatasi pandemi.
Sikap UE yang berseberangan dengan AS tersebut bukan pertama kali ini terjadi. Trump menuduh WHO terlalu dekat dengan China dan lambat bereaksi terhadap wabah Covid-19. Battu-Henriksson menegaskan, ”UE mendukung WHO dalam upaya menahan dan mengurangi wabah Covid-19 dan telah menyediakan dana tambahan untuk mendukung upaya ini.”
WHO diperkuat
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyatakan, WHO harus ”lebih independen dari campur tangan luar”. Peran WHO dalam memimpin dan mengoordinasikan harus terus diperkuat. Negara-negara dalam WHA dilaporkan telah mencapai kesepakatan secara bulat atas prinsip usulan resolusi itu pekan lalu.
Namun, di tengah meningkatnya ketegangan AS-China, beberapa pengamat menyatakan kekhawatiran bahwa konsensus penuh atas resolusi itu mungkin tidak tercapai.
Di Gedung Putih, Donald Trump mengecam ”usaha nyata dalam menyembunyikan pandemi ini oleh setidaknya satu negara anggota”. Ia tidak menyebutkan nama China. Namun, ia menyebut WHO sebagai ”boneka China” dan ”bekerja dengan menyedihkan” dalam mengatasi pandemi.
”AS membayar mereka 450 juta dollar AS setahun, China membayar 38 juta dollar AS setahun. Mereka jadi boneka China. Mereka terlalu China-sentris, dalam istilah yang lebih halus, mereka adalah boneka China,” ujar Trump.
Trump telah menunda sumbangan AS kepada WHO setelah menuduh badan dunia itu terlalu dekat dengan China. Pada saat yang sama, ia menggalang kritik terhadap Beijing yang, menurut dia, kurang transparan terkait Covid-19.
Tuduhan China pada AS
Beijing pada hari Selasa menuduh Trump sengaja memanas-manasi China. Melalui pernyataan tertulis Pemerintah China, Trump dinilai semata mengabaikan tanggung jawab AS terhadap WHO.
”Surat terbuka pemimpin AS yang Anda sebutkan penuh dengan isyarat, \'mungkin\', mencoba menggunakan cara-cara untuk menyesatkan publik, dan mencapai tujuan untuk menghancurkan upaya China melawan virus (korona tipe baru), dan justru mengabaikan tanggung jawab untuk respons Amerika Serikat sendiri tidak mencukupi,” kata jubir Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, di Beijing.
Zhao menyatakan AS mencoba menggunakan China sebagai masalah untuk mengelak dari tanggung jawab dan tawar-menawar atas kewajiban internasionalnya kepada WHO. Hal itu dinilai sebagai sebuah kesalahan perhitungan dan AS telah memilih target yang salah.
Lebih dari 317.000 orang telah meninggal karena Covid-19 dari dari hampir 4,8 juta kasus infeksi di seluruh dunia. Jumlah kasus infeksi di AS termasuk yang tertinggi di dunia. Dengan kondisi itu, menurut Zhao, Trump berada di bawah tekanan dan maka dengan sengaja menyalahkan WHO.
Rusia juga mengecam ancaman AS yang ingin keluar dari WHO. ”Ya, ada peluang untuk meningkatkan (penanganan melawan pandemi) itu... tetapi, kami menentang upaya menghancurkan semua upaya demi preferensi politik atau geopolitik salah satu negara,” kata Sergei Ryabkov, Wakil Menlu Rusia, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Menteri Kesehatan China Ma Xiaowei mengatakan, Beijing telah secara terbuka mengumumkan wabah ini dan membagi urutan genetik virus korona baru. Ia juga mendesak negara-negara untuk melawan rumor, stigma, dan diskriminasi. Presiden China Xi Jinping menyebut negaranya telah bersikap ”terbuka, transparan, dan bertanggung jawab”.
Ia menjanjikan sumbangan 2 miliar dollar AS bagi WHO dalam dua tahun untuk membantu pengendalian Covid-19. Dukungan dana itu khususnya untuk negara-negara berkembang.
Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Ullycot menyebut sumbangan itu adalah ”koin untuk mengalihkan perhatian dari desakan negara-negara yang menuntut tanggung jawab China yang gagal memperingatkan dunia akan apa yang bakal terjadi”.
Berulang kali China menentang desakan penyelidikan asal virus korona baru dan evaluasi respons terhadap wabah Covid-19. Namun, Xi kini memberikan sinyal bahwa Beijing akan menerima evaluasi independen respons global setelah pandemi berakhir. ”Pekerjaan ini membutuhkan sikap ilmiah dan profesional dan perlu dipimpin oleh WHO,” ujar Xi.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, WHO siap menjalankan evaluasi yang independen atas respons global terhadap pandemi Covid-19 sesegera mungkin. Ia mengatakan, WHO telah ”membunyikan alarm sejak awal dan terus membunyikannya”. Ketika WHO menyatakan darurat global pada 30 Januari 2020, kasus Covid-19 di luar China belum mencapai 100 kasus dan belum ada kasus meninggal.
”Setiap negara dan setiap organisasi harus mengevaluasi responsnya dan belajar dari pengalaman,” ujar Tedros. Dalam laporannya, komite pengawas WHO menilai WHO telah ”menunjukkan kepemimpinan dan membuat kemajuan penting dalam respons Covid-19”.