Penggunaan KRL Hanya untuk Pekerja yang Dikecualikan Selama PSBB
Warga berharap penggunaan diprioritaskan hanya untuk pekerja yang benar-benar membutuhkan. Sementara itu, Pemerintah Kota Bekasi akan mengusulkan agar kereta tidak rutin berhenti di setiap stasiun.
Oleh
STEFANUS ATO/AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan kereta komuter saat pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di Jabodetabek diharapkan hanya untuk para pekerja yang masuk dalam sektor pengecualian, seperti tenaga medis dan pekerja konstruksi. Sebab tanpa ada pembatasan, potensi penumpukan penumpang di stasiun atau kereta komuter diprediksi masih akan terus terjadi.
Andri Syahputra (22), salah satu pengguna kereta komuter asal Bogor, Jawa Barat, mengatakan, selama PSBB, ia masih setia menggunakan kereta komuter karena bekerja di sektor konstruksi yang tidak bisa dilakukan dari rumah. Setiap pagi, untuk menghindari penumpukan penumpang, ia memilih berangkat lebih awal.
”Pemerintah daerah dan PT KCI harus menyadari kalau masih ada tenaga medis dan pekerja yang dikecualikan yang masih beraktivitas di luar rumah dan mengandalkan komuter sebagai pilihan utama. Petugas juga harus mengimbau dan menindak tegas jika ada penumpang yang tidak menggunakan masker,” kata Andri saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Sebelumnya, pada Jumat (17/4), Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, KRL komuter akan tetap beroperasi dengan pembatasan waktu dan pengendalian penumpang. KRL tetap beroperasi dengan tujuan melayani warga yang masih bekerja di sektor-sektor yang dikecualikan.
Namun, menurut Andri, apabila ada pembatasan dan pengendalian penumpang, harus ada indikator yang jelas dari pemerintah dan pengelola kereta komuter agar upaya mengurai penumpukan penumpang di KRL efektif. Misalnya, di stasiun pertama, jika penumpang sudah penuh, kereta tersebut sebaiknya tidak lagi berhenti atau menaikkan penumpang di stasiun berikutnya.
Sementara itu, di Kota Bekasi, pemerintah daerah setempat berencana mengusulkan agar kereta tidak berhenti di setiap stasiun jika dari stasiun keberangkatan pertama gerbong kereta sudah terisi penuh. Hal ini bertujuan agar warga yang menanti di stasiun berikutnya tidak memaksakan diri menumpang di saat kereta itu sudah terisi.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, usulan pemerintah daerah lima kota di Bodebek tidak diterima Kementerian Perhubungan agar operasional komuter dihentikan sementara. Oleh karena itu, Senin (20/4/2020), Pemerintah Kota Bekasi akan memantau situasi penumpang di beberapa stasiun, seperti Stasiun Bekasi Timur, Stasiun Bekasi Kota, dan Stasiun Kranji.
”Besok kami lihat kondisinya dulu, ada pengurangan atau tidak untuk arah ke Jakarta,” ujar Rahmat di Kota Bekasi.
Sementara itu, Manager External Relations PT Kereta Commuter Indonesia Adli Hakim mengatakan, kereta rel listrik tetap beroperasi dengan pola operasi yang sama sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di DKI Jakarta. Jam operasional KRL dari pukul 06.00-18.00 WIB, dengan keberangkatan kereta pertama dari wilayah penyangga Jakarta pukul 05.00 WIB.
”Pembatasan tersebut antara lain dengan membatasi jumlah penumpang untuk menjaga jarak (physical distancing), membatasi jam operasional dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan mengawasi pelaksanaan physical distancing,” kata Adli dalam keterangan tertulis.
Kelanjutan operasional KRL ini sesuai dengan aturan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Dalam aturan tersebut, KRL atau KA perkotaan maksimum 35 persen dari kapasitas penumpang.
PT KCI juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencegah penularan Covid-19. Masyarakat diimbau sebisa mungkin mengurangi aktivitas yang tidak mendesak di luar rumah serta menggunakan masker apabila berkegiatan di luar rumah.
Masyarakat diimbau sebisa mungkin mengurangi aktivitas yang tidak mendesak di luar rumah serta menggunakan masker apabila berkegiatan di luar rumah.
”Apabila harus menggunakan KRL, pengguna diharapkan dapat menggunakan fasilitas tambahan yang ada, antara lain wastafel untuk cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, tetap menggunakan masker selama berada di area stasiun dan kereta, serta menerapkan jaga jarak aman di antara para pengguna,” kata Adli.