Pedagang Terimpit Pandemi dan Kesulitan Ekonomi
Pedagang di sejumlah pasar di Jakarta terimpit dua kondisi, pandemi Covid-19 dan kesulitan ekonomi. Situasi tersebut menyebabkan dilema, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup atau tetap di rumah tetapi kelaparan.
Zahra (48) dirundung rasa kecewa saat menutup lapak di suatu sudut kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sabtu (23/5/2020) siang, dia baru membuka lapak sambil harap-harap cemas. Belum juga 30 menit berlalu, lapak pakaian hijabnya ditutup oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta.
Ada perselisihan kecil antara pedagang dan petugas Satpol PP. Zahra dan sejumlah pedagang lain merasa tidak rela karena kegiatan penertiban tidak merata. ”Itu pedagang di seberang jalan kenapa tidak ditutup, padahal sama-sama ramai,” ujar perempuan ini.
Hampir dua pekan terakhir, situasi ramai di Tanah Abang kian tak terkendali. Zahra mengeluh kondisi keuangannya semakin sulit sehingga dia bersama sejumlah pedagang nekat berjualan.
Saat berdagang, dia mengaku telah menerapkan protokol jaga jarak fisik dan memakai masker. Kendati begitu, saat diamati pada Sabtu siang, kondisi kerumunan tampak tak terelakkan. Pedagang dan pembeli di Tanah Abang kerap bersentuhan badan secara tidak sengaja.
Baca juga: Warga Penuhi Pasar
”Kami berusaha menerapkan jaga jarak dengan sesama pedagang dan para pembeli. Kami harap petugas memaklumi kondisi keuangan yang semakin menipis. Saya bahkan tidak dapat bantuan sosial dan belum membayar zakat fitrah,” ujar ibu empat anak ini.
Zahra mungkin mewakili cerita sebagian pedagang yang terdesak berbagai kebutuhan di tengah pandemi Covid-19. Alhasil, sepekan terakhir, kumpulan pedagang lainnya belakangan turut meramaikan sejumlah pasar di Jakarta. Mereka lebih takut mati karena kelaparan sebelum terkena Covid-19.
Imam Hadi (33), pedagang lainnya, juga nekat berjualan pakaian kendati hanya laku lima setel selama seharian. Dia tetap berjualan lantaran mencukupi sewa lapak tahunan di Tanah Abang. ”Tabungan hidup sekarang semakin tipis, ditambah saya tidak dapat bantuan tunai dari pemerintah, bagaimana caranya bertahan? Tahun ini saja saya sampai tidak bisa bayar zakat fitrah,” ujarnya.
Tidak hanya Tanah Abang, kondisi serupa juga terjadi di sejumlah pasar lain. Ardiyan (34), pedagang Pasar Kebayoran Lama, mengaku harus kucing-kucingan dengan petugas karena penertiban kerumunan saat PSBB. Para pedagang seakan siap jika ditertibkan oleh petugas sewaktu-waktu.
Baca juga: Abai pada Hari-hari Jelang Lebaran
Petugas kelelahan
Sejumlah petugas lapangan sebenarnya kelelahan menertibkan pedagang. Anggota Satpol PP gabungan dari Kelurahan Roa Malaka, Jaja Junaedi, mengatakan, dirinya kerap dilema dengan kondisi pedagang yang sedang sulit. Namun, di satu sisi, penertiban PSBB di Tanah Abang juga berupaya mengantisipasi penularan Covid-19 agar tidak meluas.
”Saya pribadi, jujur memang merasa serba salah dengan pedagang ini. Kami coba beri pengertian ke pedagang, kondisi sekarang ini untuk menjaga kesehatan antawarga. Tetapi saat diberi tahu, banyak juga dari mereka yang justru marah-marah,” jelas Jaja.
Kepala satpol PP gabungan dari Kelurahan Kampung Bali, Bambang Soepraptiyo, mengaku kewalahan mengatasi sekitar 10.000 pedagang kaki lima yang ada di Tanah Abang saat ini. Sementara petugas satpol PP gabungan yang dikerahkan hanya 150 orang.
”Dari jumlah saja sudah kalah banyak, maka kami beri pendekatan persuasif saja. Kami tekankan ke dampak kesehatan yang terjadi akibat Covid-19 bahwa semua orang saat ini sedang melawan musuh yang tidak kasatmata, tetapi bisa membunuh banyak orang,” ujarnya.
Baca juga: Demi Keamanan Ibu Kota, Warga DKI Diminta Lebaran di Rumah Saja
Kepala Satpol PP DKI Jakarta Arifin mengatakan, petugas wajib mengingatkan protokol kesehatan Covid-19 selama menemui warga yang bepergian di luar rumah. Berbagai aktivitas yang riskan memicu kerumunan akan dicegah, warga yang tidak pakai masker akan diberi masker.
”Intinya, warga harus mematuhi protokol kesehatan selama Covid-19. Kalau di pasar justru memicu kerumunan, akan kami cegah. Apalagi kawasan di sekitar Tanah Abang adalah salah satu zona rawan penularan Covid-19,” ujarnya.
Virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, mampu menular dengan cepat melalui tetesan kecil saat batuk dan bersin (droplets). Karena itu, kerumunan orang dalam jarak yang sangat dekat perlu dihindari.
Satu orang positif Covid-19 mampu menularkan virus minimal pada dua orang. Ditambah lagi, keberadaan virus ini bisa menjadi sangat mematikan bagi sebagian orang yang berusia lanjut dan memiliki penyakit penyerta lain.
Baca juga: PSBB, Pergi Sana Beli Baju
Terkait itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dalam konferensi pers di Balai Kota, Jumat (22/5/2020), menyampaikan agar warga sebisa mungkin beraktivitas di rumah. Sebaiknya juga mengurangi kegiatan di luar yang tidak urgen karena rentan memicu penularan Covid-19.
Anies juga mengimbau agar kegiatan takbiran dan shalat Idul Fitri dapat dilakukan di rumah. ”Kali ini, biarkan takbir itu bergema di setiap hati dan di setiap rumah di kawasan Jakarta,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini mengingatkan, dalam situasi pandemi, warga sebaiknya mengutamakan kesehatan diri. Ada kaidah ushul fiqih yang menyebutkan dar\'ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil masholih. Artinya, menghindari segala kemudaratan lebih baik daripada mengejar manfaat, demi menjaga kemaslahatan umat.
Helmy memandang, jika tidak urgen, sebaiknya warga tidak memaksakan keluar rumah. ”Menghindari kemudaratan itu lebih baik daripada mengejar manfaat ibadah yang sebenarnya bernilai sunah. Malam ini, takbiran keliling dapat dilakukan di rumah. Insya Allah makna ibadah tersebut tidak akan berkurang meski dilakukan di rumah,” jelas Helmy.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga menyarankan warga hendaknya tetap beraktivitas di rumah sebagai bentuk tanda kasih kepada saudara. ”Diamnya kita di rumah turut menjaga saudara dan orang-orang terkasih dari bahaya transmisi lokal. Begitu juga saudara-saudara kita yang berdagang, jika memungkinkan, manfaatkanlah teknologi demi mencegah penularan Covid-19,” ujar Abdul.
Di tengah kondisi yang sulit itu, warga diharapkan dapat bijak dalam bersikap. Memang tidak semua interaksi dapat dicegah. Namun, jika setiap orang tergerak untuk mengurangi mobilitas ke luar rumah, potensi penularan Covid-19 bisa dikurangi. Pedagang diharapkan dapat melakukan itu demi menjaga kesehatan kita semua.