Seorang PDP di Kendari Meninggal dengan Penyakit Penyerta
Seorang pasien dalam pengawasan (PDP) di Kendari, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah dirawat selama sembilan hari. Pasien memiliki riwayat tindakan medis cuci darah, seperti dua PDP sebelumnya yang meninggal.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang pasien dalam pengawasan di Kendari, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah dirawat selama sembilan hari. Pasien memiliki riwayat cuci darah, seperti dua pasien positif lain yang meninggal di wilayah ini. Penyebaran virus sangat berisiko bagi orang yang mempunyai penyakit penyerta.
Pada Senin (27/4/2020), seorang pasien yang tengah dalam perawatan di Rumah Sakit Bahteramas, Kendari, meninggal. Pasien berinisial D (37) diketahui memiliki penyakit penyerta dan menjalani cuci darah beberapa jam sebelum meninggal.
”Setelah dilakukan berbagai tindakan, kondisi pasien terus memburuk dan sekitar pukul 19.45 meninggal. Kematiannya disimpulkan karena penyakit berat yang diderita karena uji laboratorium pasien untuk Covid-19 masih ditunggu hasilnya,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra dr Rabiul Awal di Kendari, Selasa (28/4/2020).
Rabiul mengatakan, pada awal April, pasien melakukan perjalanan ke Makassar untuk berobat. Setelah tiba di Kendari, kondisi kesehatan pasien terus turun, lalu dibawa keluarga ke RS Bahteramas.
Pasien tersebut, tambah Rabiul, mengalami sesak napas, lemas, mual, dan demam. Akan tetapi, setelah dilakukan uji cepat, hasilnya menunjukkan reaksi negatif. Pasien lalu dirawat di ruang perawatan biasa selama beberapa hari.
”Sekitar satu minggu setelah tes pertama, pasien menjalani rapid test lagi. Ternyata hasilnya reaktif. Pasien lalu dipindahkan ke ruang isolasi untuk mendapatkan perawatan lanjutan,” ujar Rabiul.
Selama dirawat, kondisi kesehatan pasien terus turun. Proses cuci darah bahkan dilakukan sebanyak dua kali, tetapi kondisinya terus memburuk, hingga akhirnya meninggal. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan dua pasien positif Covid-19 yang meninggal sebelumnya.
Dua pasien positif Covid-19 yang meninggal di Kendari sebelumnya memang diketahui menderita penyakit gagal ginjal dan menjalani cuci darah.
Dua pasien positif Covid-19 yang meninggal di Kendari memang diketahui menderita penyakit gagal ginjal dan menjalani cuci darah. Selama dirawat, kondisi dua pasien ini terus menurun hingga meninggal.
Dengan adanya tiga kejadian ini, Rabiul mengingatkan tingginya risiko terhadap orang yang memiliki penyakit penyerta. Oleh sebab itu, ia berharap agar imbauan tinggal di rumah, memakai masker, dan menjaga jarak benar-benar dipatuhi selama masa pandemi.
”Untuk pasien PDP yang meninggal ini, tadi pagi sudah dimakamkan dengan protokol Covid-19, dibantu oleh personel RS Bhayangkara Kendari. Sementara itu, kami masih menunggu hasil uji laboratoriumnya yang telah dikirim ke Makassar,” ucapnya.
Pada Selasa pagi, pemakaman pasien dilakukan dengan protokol penanganan Covid-19. Pasien dimakamkan di TPU Punggolaka, Kendari.
”Hari ini kami makamkan almarhumah sesuai protokol, dengan peralatan dan perlengkapan yang sesuai standar. Pemakaman berlangsung lancar dan tanpa gangguan,” kata dokter forensik Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Sultra, Komisaris Mauluddin.
Pada Senin sore, seorang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) melarikan diri dari RS Bahteramas setelah menjalani uji cepat Covid-19 dengan hasil reaktif. UD (35), seorang pekerja asal Konawe Utara, tidak diketahui keberadaannya setelah mengetahui hasil uji cepat.
”Pria ini awalnya mengalami kecelakaan saat bekerja di Morosi, Konawe. Saat tiba di RS Bahteramas, tim medis juga melakukan uji cepat dan hasilnya reaktif. Setelah itu, pasien kabur dan katanya ke rumah keluarganya,” kata Rabiul.
Meski demikian, Rabiul menambahkan, pria ini telah ditemukan oleh tim medis di kampung halamannya di Konawe Utara, Selasa siang. Dia diketahui melakukan isolasi diri di kebun miliknya. Saat ini, tim bersiap mengambil spesimen untuk dilakukan uji laboratorium.