Setelah Nihil Sepekan, Kasus Positif di Sulawesi Utara Melonjak Tiga Hari Terakhir
Dalam tiga hari terakhir, Sulawesi Utara mendapat 26 kasus baru Covid-19, sebanyak 18 di antaranya dilaporkan pada Minggu (10/5/2020). Total sudah ada 71 kasus positif Covid-19 di Bumi Nyiur Melambai.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Dalam tiga hari terakhir, Sulawesi Utara mendapat 26 kasus baru Covid-19, sebanyak 18 di antaranya dilaporkan pada Minggu (10/5/2020). Pelaksanaan uji sampel usap di Makassar dan Jakarta menyebabkan pengumuman kasus positif tertunda. Satuan Tugas Covid-19 Sulut pun kini hanya akan mengirim sampel ke laboratorium lokal.
Dalam konferensi pers video dalam jaringan, Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel menyatakan, Sulut tidak menerima hasil positif baru dari uji usap nasofaring dan orofaring selama 1-7 Mei 2020. Selama itu pula, sebagian dari 333 sampel yang diuji di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado menunjukkan hasil negatif.
Baru pada Jumat sampai Minggu (8-10/5), ada penambahan kasus positif baru berturut-turut sebanyak 2, 6, dan 18 kasus, meningkatkan total kasus positif menjadi 71. “Ada penundaan pengiriman hasil lab dari Makassar dan Jakarta. Hari ini kami mendapatkan hasil 493 hasil uji swab, 18 di antaranya positif,” kata Steaven.
Penundaan pengiriman ini telah terjadi beberapa kali sejak kasus pertama di Sulut diumumkan pada 14 Maret lalu. Menurut data Satgas Covid-19, penundaan pengumuman hasil terpanjang sebelum pekan pertama Mei 2020 adalah pada 19-22 April 2020. Baru pada 23 April, kasus positif meningkat dari 20 menjadi 31 karena penundaan pengumuman uji swab.
Sebanyak 12 dari 18 pasien positif baru yang diumumkan pada Minggu adalah laki-laki, sementara enam lainnya perempuan. Sebanyak tujuh dari 18 kasus masuk dalam kluster Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan.
Dengan demikian, ada 37 dari 71 pasien kasus positif Covid-19 yang masih dirawat di berbagai rumah sakit rujukan di Manado, Tomohon, Kotamobagu, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, dan Bolaang Mongondow Utara. Sebanyak lima pasien telah meninggal.
Sepanjang Satgas Covid-19 Sulut bekerja, ada 1.391 sampel swab yang sudah dikirim ke laboratorium untuk uji teknik reaksi rantai polimerase (PCR), baik dari pasien baru maupun pasien yang sudah dinyatakan positif sebelumnya. Hasil dari 1.210 di antaranya sudah diperoleh, 105 di antaranya dinyatakan positif.
Saat ini, ada 181 sampel yang masih diproses, yakni di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta (4 sampel), Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar (29), Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta (28), dan BTKLPP Manado (120).
Steaven mengatakan, pengiriman sampel ke Jakarta dan Makassar telah dihentikan sejak 1 Mei. “Selanjutnya, semua sampel akan kami uji di BTKLPP Manado dan laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou Manado. Dengan begitu, kita harap tidak ada penundaan pengiriman hasil lagi,” ujarnya.
Hingga kini, tingkat uji sampel usap di Sulut yakni 0,535 per 1.000 penduduk, sedikit lebih baik daripada rata-rata nasional yang rasionya 0,38 per 1.000 penduduk. Namun, angka ini masih jauh di bawah Korea Selatan yang menjadi contoh sukses bagi dunia, yaitu 12,77 per 1.000 penduduk.
Saat ini, efektif hanya 50-60 sampel sehari, di bawah kapasitas maksimal 96 sampel.
Karena itu, Steaven berharap, kapasitas uji sampel usap, terutama di BTKLPP Manado, dapat ditingkatkan. Ia menilai, pemeriksaan 180 sampel setiap hari akan sangat baik demi membantu target pemerintah pusat, yaitu 10.000 sampel setiap hari.
“Tapi, ini tergantung jumlah slot mesin (reverse transcription PCR) yang dimanfaatkan. Saat ini, efektif hanya 50-60 sampel sehari, di bawah kapasitas maksimal 96 sampel,” katanya.
Di lain pihak, Kepala Seksi Pengembangan Teknologi Laboratorium BTKLPP Manado Abdul Azis Hunta mengatakan, hanya ada satu alat RT PCR berkapasitas 96 sampel yang digunakan. Ada tiga alat RT PCR lain, tapi tidak bisa digunakan karena sistemnya tertutup. Artinya, tes hanya bisa dilakukan dengan reagen kit yang diproduksi pabrik produsen alat.
Adapun alat untuk ekstraksi asam ribonukleat (RNA) virus dari sampel, yaitu microcentrifuge, hanya berkapasitas 24 sampel. Ekstraksi pun dapat memakan waktu 1-2 jam. Artinya, butuh 4-8 jam untuk menyiapkan 96 sampel.
Uji laboratorium 96 sampel yang tadinya diperkirakan membutuhkan maksimal 7-8 jam akhirnya bisa molor hingga 12 jam. “Petugas laboratorium kami juga sangat hati-hati dalam melaksanakan tes ini, mengingat ini baru pertama kalinya di Sulut,” kata Abdul beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Wali Kota Manado Vicky Lumentut kembali mengimbau masyarakat untuk mematuhi anjuran jaga jarak fisik dan membatasi kegiatan di luar rumah. Saat ini, 39 dari 71 kasus positif Covid-19 Sulut adalah warga Manado.
“Mari menjalankan protokol kesehatan, patuh, disiplin, dan bergotong royong melawan Covid-19 agar wabah segera berakhir. Dengan begitu, kita bisa kembali beraktivitas di luar,” katanya.
Vicky juga menyadari adanya dorongan dari berbagai pihak, termasuk Pemprov Sulut, agar Manado mengusulkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kepada pemerintah pusat. “Apakah sudah saatnya Kota Manado mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan?” kata Vicky secara retorik.