Balai Besar Veteriner Wates Diusulkan Jadi Laboratorium Uji Sampel Usap
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengajukan Balai Besar Veteriner Wates menjadi laboratorium tambahan pengujian sampel usap tenggorok. Penambahan kapasitas uji diharapkan meningkatkan pemetaan persebaran Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengajukan Balai Besar Veteriner Wates sebagai laboratorium tambahan pengujian sampel usap tenggorok. Hal itu dinilai dapat meningkatkan kapasitas pengujian sampel guna meningkatkan akurasi pemetaaan penularan Covid-19 di daerah tersebut.
”Kami sedang mengurus izin untuk satu laboratorium (pengujian sampel usap) baru. Itu yang kami ajukan BBVet (Balai Besar Veteriner) Wates di Kabupaten Kulon Progo. Ini nanti akan kami pakai menambah kapasitas,” kata Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta (Sekda DIY) Kadarmanta Baskara Aji di kompleks Kantor Gubernur DIY, Yogyakarta, Kamis (14/5/2020).
Sejauh ini, terdapat tiga laboratorium pengujian sampel uji usap tenggorok di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga laboratorium itu adalah Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Rumah Sakit Akademik UGM, dan Laboratorium Mikrobiologi UGM.
Kapasitas pengujian masing-masing laboratorium tersebut sebanyak 100 sampel per hari. Dengan demikian, dalam satu hari ada 300 sampel yang diuji dari tiga laboratorium tersebut. Bahkan, BBTKLPP Yogyakarta tidak hanya menguji sampel usap dari wilayah DIY, tetapi juga dari wilayah Jawa Tengah.
Sebelumnya, Aji menyatakan, pihaknya mendorong diadakan tes massal di tempat-tempat yang masih banyak terjadi kerumunan. Pelaksanaan tes tersebut akan dilakukan pemerintah di tingkat kabupaten dan kota. Waktu pelaksanaannya diusahakan supaya bisa sesegera mungkin.
”Tes cepat massal itu akan digelar di tempat-tempat kerumunan. Misalnya, di supermarket, pasar tradisional, hingga tempat kerumunan lainnya,” kata Aji.
Dengan tes cepat massal ini, diharapkan bisa diketahui peta persebaran penularan Covid-19 di DIY.
Aji menuturkan, jumlah alat tes cepat yang akan digunakan belum dihitung. Namun, Pemprov DIY bakal berkoordinasi dengan pemerintah pusat apabila kekurangan jumlah alat tes cepat.
Dengan tes cepat massal ini, diharapkan bisa diketahui peta persebaran penularan Covid-19 di DIY. Sebab, masih didapati tempat-tempat yang kerap ramai dengan kerumunan.
Terkait rencana pelaksanaan tes cepat itu, Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengatakan, pihaknya sudah merencanakan hal tersebut. Saat ini, pola tes cepat masih dicari. Kendala yang dihadapi adalah kekurangan sumber daya manusia (SDM).
”Kami harus memperhatikan kondisi SDM kami. Jujur saja, karena di Sleman, pusat perbelanjaan cukup banyak. Memang pada saatnya mereka harus kami sampling,” kata Joko.
Joko berharap, dari masing-masing pengelola pusat perbelanjaan hendaknya punya inisiatif untuk melakukan tes cepat mandiri. Setidaknya, terhadap karyawannya terlebih dahulu. Sebab, aktivitas yang dilakukan di tempat tersebut melibatkan kerumunan dan banyak orang.
Pelaksanaan tes cepat bisa bekerja sama dengan klinik-klinik swasta. Ini disebabkan keterbatasan persediaan alat tes.
Secara terpisah, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi juga sudah merencanakan pelaksanaan tes cepat massal. Sasaran pelaksanaannya juga tempat-tempat kerumunan, seperti pasar tradisional, kafe, restoran, ataupun tempat-tempat lain yang mengundang keramaian. Tes cepat itu dilakukan secara acak.
”Tujuannya ialah untuk melihat seberapa besar sebaran Covid-19 di Kota Yogyakarta,” kata Heroe.